PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2009 SEBESAR -4,91 PERSEN - BPS-Statistics Indonesia Gunung Kidul Regency

BPS integrated statistics service (PST) of Gunungkidul Regency in online service via live chat (8.30 a.m - 3.30 p.m workday) 

Layanan Online Pelayanan Statistik Terpadu dapat melalui email: ipds3403@bps.go.id dengan subject Permintaan Data

The BPS of Gunungkidul Regency has returned to Jl Pemuda 19 A Baleharjo Wonosari

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2009 SEBESAR -4,91 PERSEN

Release Date : August 1, 2009
File Size :  MB

Abstract

  • Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada triwulan II tahun 2009 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 menurun sebesar 4,91 persen terhadap triwulan I tahun 2009 (q-to-q). Pertumbuhan negatif ini terjadi karena produksi sektor pertanian menurun, sedangkan sektor lainnya mengalami peningkatan. Sektor pertanian mengalami kontraksi sebesar 40,70 persen karena produksi padi dan jagung menurun sangat signifikan akibat faktor musim masing-masing sebesar 56,83 persen dan 93,40 persen. Sektor pertanian memberikan andil terendah (-9,96 persen) terhadap pertumbuhan PDRB triwulan II tahun 2009 (q-to-q).
  • Walaupun pertumbuhan q-to-q negatif, tetapi PDRB Provinsi DIY pada triwulan II 2009 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2008 (y-on-y) mengalami peningkatan sebesar 2,37 persen. Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan sektor jasa-jasa yang mencapai 4,92 persen (y-on-y) karena pencairan gaji ketiga belas PNS, TNI dan POLRI pada bulan Juni.
  • Pertumbuhan secara kumulatif sampai dengan triwulan II 2009 terhadap kumulatif triwulan yang sama tahun sebelumnya (c-to-c) mencapai 2,54 persen. Sektor-sektor yang memberi andil positif adalah: perdagangan, hotel dan restoran; jasa-jasa; pertanian; pengangkutan dan komunikasi; konstruksi; keuangan, real estat dan jasa perusahaan; listrik, gas dan air bersih; serta pertambangan dan penggalian. Sebaliknya, sektor industri pengolahan memberi andil negatif terhadap perekonomian DIY.
  • Nilai nominal PDRB Provinsi DIY pada triwulan II 2009 mencapai Rp 9,68 triliun atas dasar harga berlaku dan nilai riilnya sebesar Rp 4,72 triliun atas dasar harga konstan 2000.
  • Sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar dalam perekonomian Provinsi DIY pada triwulan II 2009 adalah sektor jasa-jasa sebesar 22,17 persen; kemudian diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran (20,52 persen); sektor pertanian (13,15 persen); dan sektor industri pengolahan (12,85 persen); sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai peranan terkecil yaitu 0,79 persen.
  • Pada sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami peningkatan sebesar 19,76 persen pada triwulan II 2009 dibandingkan dengan triwulan I 2009 (q-to-q). Kemudian diikuti oleh komponen pembentukan modal tetap bruto yang meningkat sebesar 10,93 persen dan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 1,55 persen.
  • Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2008 (y-on-y) terjadi kenaikan pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 6,67 persen; komponen konsumsi rumah tangga sebesar 4,24 persen dan komponen pembentukan modal tetap domestik bruto sebesar 1,41 persen.
  • Pertumbuhan secara kumulatif (c-to-c) didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga (3,59 persen), konsumsi pemerintah (5,63 persen), dan komponen pembentukan modal tetap domestik bruto (2,04 persen).
  • Bagian terbesar PDRB masih digunakan untuk keperluan konsumsi rumah tangga, yaitu 50,55 persen, kemudian diikuti oleh pembentukan modal tetap domestik bruto 34,31 persen serta konsumsi pemerintah sebesar 28,65 persen.
  • Badan Pusat Statistik

    BPS-Statistics Indonesia

    Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul Statistics of Gunungkidul RegencyJl. Pemuda 19A Baleharjo Wonosari 55811

    Telp : (0274) 394180 Fax : (0274) 394181 Email : bps3403@bps.go.id

    logo_footer

    Manual

    ToU

    Links

    Copyright © 2023 BPS-Statistics Indonesia